Pelatihan dan Lokakarya Kajian Resiko Bencana di TTU, Nusa Tenggara Timur

Pada tanggal 11-15 Mei 2015, tim Humanitarian OpenStreetMap, RnV dan CDSP menyelenggarakan pelatihan dan lokakarya terkait dengan Kajian Resiko di Kefamenanu, TTU (Timur Tengah Utara), Nusa Tenggara Timur. Pelatihan ini dibagi menjadi dua bagian, pertama adalah terkait dengan kajian resiko bencana dan kedua adalah tentang penggunaan QGIS untuk kajian resiko bencana. Kegiatan ini merupakan bagian dari pembuatan dokumen kajian resiko untuk Kabupaten TTU. Tujuan utama dari pelatihan ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan terkait dengan kajian resiko bencana, pemetaan lapangan dan penggunaan QGIS dan InaSAFE untuk kajian resiko. Ini akan memberikan gambaran umum dari proses kajian resiko, mulai dari persiapan, pengumpulan data dan tahapan pemaparan hasil.
Pelatihan ini dimulai dengan sambutan dari kepala BPBD dari Kabupaten TTU, perwakilan dari BPBD Nusa Tenggara Timur dan CDSP. Terdapat 20 peserta yang mengikuti pelatihan dan lokakarya, yaitu dari BPBD NTT, BPBD TTU, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas Pertambangan dan Mineralogi, Sat Pol PP, BAPPEDA, Pekerjaan Umum, Dinas Kehutanan, Dinas Agama dan organisasi masyarakat.
Pada hari pertama, para peserta mempelajari konsep dari pembuatan dokumen kajian resiko bencana dengan contoh kasus dari daerah mereka sendiri Kabupaten TTU. Sebelum pelatihan dimulai para peserta harus menjalani pre-test untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka terkait dengan kajian resiko. Setelah itu para peserta mendapatkan penjelasan singkat tentang paradigma dari penanggulanan bencana dan konsep dokumen kajian resiko oleh BPBD Nusa Tenggara Timur. Sesi berikutnya dipaparkan oleh BMKG yang menjelaskan tentang semua produk dari BMKG terkait dengan kebencanaan. Sesi setelah makan siang adalah FGD(Focus Group Discussion), dimana para peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan berdiskusi antar kelompok tentang topik yang diberikan secara spesifik di tiap anggota dan dipresentasikan diakhir sesi. Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta terkait dengan kapasitas, kerentanan, ancaman dan resiko di area mereka kaitannya dengan penanggulangan dan menghadapi bencana di daerah mereka. Setelah mereka mendapatkan gambaran umum tentang bencana di daerah mereka, kapasitas, kerentanan dan resiko di area mereka, mereka diminta untuk memikirkan tahapan dari kajiran resiko dan data apa saja yang dibutuhkan untuk membuat dokumen kajian resiko.
Hari berikutnya, para peserta mulai untuk menyiapkan data statistik dari BPS kedalam spreadsheet. Pada sesi ini dibagi kedalam empat kelompok kecil dan setiap kelompoh harus menyortir dan menyaring data dari BPS agar sesuai dengan tugas mereka, membuat dua file spreadsheet tentang data kerentanan dan kapasitas. Semua data-data tersebut harus sesuai dengan indikator yang sudah didiskusikan sebelumnya. Setelah data tersebut dibuat, para peserta mulai belajar mengenai QGIS. Materi-materi yang disampaikan oleh HOT adalah mengenai pengoperasian QGIS dasar, menambahkan data vektor, menambahkan data raster, simbologi, pemebrian label, pemberian label, tabel attribut, query, field calculator dan menggabungkan data spreadsheet kedalam data spasial. Di akhir hari ini, para peserta sudah mempunyai data vektor yang berisikan kapasitas dan kerentanan didalamnya.
Pada hari ketiga, para peserta belajar mengenai bagaimana menggunakan GPS dan memasukkan data hasil survei ke dalam formulir. Mereka harus mengumpulkan data ditempat yang telah ditentukan sebelumnya. Cara untuk menentukan tempat mana yang akan disurvey adalah berdasarkan rekomendasi dari BPBD dan peserta. Terdapat enam area yang harus disurvei: (i) Desa Nonotbatan (Kecamatan Biboki Anleu), (ii) Desa Amol (Kecamatan Miomafo Timur), (iii) Desa Faenake (Biboki Utara), (iv) Desa Banu’an (Kecamatan Insana Fafinesu), (v) Desa Fatumtasi (Kecamatan Insana Utara), dan (vi) Desa Atmen (Kecamatan Insana Barat). Kita membagi peserta menjadi empat kelompok kecil dan tiap kelompok dilengkapi dengan 2 GPS dan form survei. Para peserta membuat waypoint untuk fasilitas umum, sumber air dan daerah bencana. Untuk form survey, mereka mendapatkan tiga tipe form survei, form fasilitas umum, form wilayah bencana, dan wawancara kerentanan untuk banjir dan kekeringan. Kegiatan pengumpulan data ini memakan waktu sehari penuh. Kebanyakan para peserta baru kembali dari survei lapang pada jam 3 sore. Setelah survei para peserta diharuskan untuk mengekspor data GPS dengan QGIS kedalam shapefile dan memasukkan hasil survei lapangan kedalam data shapefile dari GPS tersebut.

Terdapat hari kosong pada hari keempat karena terdapat hari libur nasional dan kebanyakan para peserta pergi ke tempat ibadah. Kegiatan pelatihan ini dimulai lagi pada hari terakhir, meskipun masih banyak materi yang harus disampaikan, semua materi penting telah dapat disampaikan pada hari terakhir ini.

Di hari terakhir, para peserta harus membuat peta resiko berdasarkan semua data yang sudah dibuat dari hari sebelumnya. Semua peserta belajar bagaimana membuat skoring untuk kapasitas dan kerentanan, overlay data vektor dan membuat peta dari data data tersebut. Setelah mereka membuat peta kapasitas, kerentanan dan ancaman, mereka belajar bagaimana mengevaluasi resiko. Di sesi ini, para fasilitator menjelaskan tentang bagaimana memvaluasi dampak dari bencana di sebuah area kedalam beberapa komponen vital yaitu populasi, infrastruktur, penggunaan lahan dan ekonomi. Valuasi ini menggunakan QGIS dan spreadsheet (Pivot Tabel). Setelah valuasi dampak bencana tersebut selesai, para peserta diberikan post-test untuk mengevaluasi pengetahuan mereka.