Workshop Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Base Partisipasif Sebagai Pendukung Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Desa Pasca Pengesahan UU Desa

Workshop Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Base Partisipasif Sebagai Pendukung Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Desa Pasca Pengesahan UU Desa

Humanitarian OpenStreetMap Team Indonesia mendapatkan kesempatan untuk hadir dalam workshop pengelolaan dan pemanfaatan data base partisipasif sebagai pendukung dan penggangaran desa pasca pengesahan UU desa. Workshop ini memaparkan output hasil kerja ACCESS phase II yang terdiri dari pemetaan sosial ekonomi interaktif bekerja sama dengan Humanitarian OpenStreetMap Team dan pengembangan SAID (Sistem Administrasi Informasi Desa) bekerja sama dengan Combine. Level administratif yang menjadi wilayah kajian yaitu desa yang telah dilaksanakan di 4 provinsi di Indonesia yaitu Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Pemetaan sosial ekonomi interaktif meliputi 541 desa dan pengembangan SAID dilaksanakan di 266 desa.

Para peserta workshop terdiri dari perwakilan unsur Pemerintah Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan, pemerintah desa/kelurahan serta mitra lokal di wilayah kerja ACCESS, Pemerintah Pusat (PMD, Bappenas, BPS), perwakilan pelaku program lain yang terkait (LOGICA, PNPM, SAPA), serta perwakilan lembaga donor (DFAT, PSF, dll).

Workshop dilaksanakan dalam dua hari di Hotel Grand Cemara, Jakarta. Pembukaan workshop hari pertama diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan pembukaan berupa sambutan dari DFAT, ACCESS, dan Combine. Dilanjutkan dengan berbagi pembelajaran dan pengalaman mengenai pengembangan SAID dan pemetaan sosial ekonomi interaktif perwakilan desa wilayah kajian ACCESS. Sesi Pembelajaran I mengenai Testimoni Pengembangan dan manfaat data base desa dari Anawolu Sumba barat dan OMS dari NTB. Sesi Pembelajaran II mengenai Pengembangan dan manfaat peta sosial ekonomi interaktif dari Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat dan OMS dari Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. Pemetaan sosial ekonomi interaktif sangat berguna bagi aparatur desa untuk membuat perencanaan dan alokasi bagi masyarakat desa. Juga masyarakat desa dapat berperan aktif didalamnya, dengan memberikan informasi yang dibutuhkan untuk data sosial yang telah diperbaharui. Hasil pemetaan sosial ekonomi interaktif di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima dapat dilihat pada peta di bawah ini

Peta Sosial Ekonomi Cempi Jaya Kab Dompu - NTB
Peta Sosial Ekonomi Cempi Jaya Kab Dompu – NTB
Peta Sebaran Penerima Jamkesmas Desa O'O - Kab Bima
Peta Sebaran Penerima Jamkesmas Desa O’O – Kab Bima

Workshop dilanjutkan dengan Seminar NasionalSesi ini akan dilakukan secara panel dengan menghadirkan 4 orang narasumber yang berasal dari instansi pemerintahan, yaitu Dirjen PMD, Bappenas, BPS Pusat, Team Advokasi PP Turunan UU Desa, dan Direktur Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat PMD.

Workshop Hari Pertama
Workshop Hari Pertama

Workshop hari pertama didapatkan bahwa tanpa database yang memadai, kabijakan pembangunan tidak akan pernah bisa menyentuh titik sasaran di level paling mikro yaitu desa. Database yang disusun secara partisipasif di tingkat desa dapat menjawab kebutuhan desa untuk memberdayakan diri guna meningkatkan kesejahteraan warga. Dengan adanya Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi landasan legal bagi pembangunan desa. Desa memberi peluang lebih besar bagu desa untuk menjadi subjek dalam membangun dan memberdayakan dirinya.

Workshop hari kedua dilanjutkan dengan Sesi Pembelajaran III Pengembangan dan manfaat Sistem Administrasi dan Informasi Desa (SAID) dari perwakilan Pemerintah Desa Balerante Kabupaten Klaten Jawa Tengah yang akan menceritakan manfaat SAID untuk kebencanaan dan OMS dari Gunung Kidul desa Nglegi sebagai penggagas. SAID adalah sebagai sebuah aplikasi yang membantu pemerintahan desa dalam mendokumentasikan data milik guna untuk memudahkan proses pencariannya dibandingkan dengan profil desa yang dibuat dalam buku yang memperlambat proses pencarian. SAID terlebih dahulu dipasang di komputer perangkat desa, kemudian unsur-unsur warga desa yang dipilih mengisi data kependudukan, dan aset desa. Kumpulan data yang tersimpan dalam komputer tersebut akan dapat dicari dan diolah sewaktu-waktu baik dalam bentuk data individual, keluarga, maupun variasi data yang dibutuhkan. Dengan adanya SAID sangat membantu aparatur desa untuk memperbaharui data penduduk masyarakat desa dan mempercepat proses pelayanan mengenai persuratan karena langsung dapat dicetak melalui SAID. Gambar di bawah ini merupakan salah satu aplikasi SAID di Desa Ngelegi, Gunung Kidul yang menjadi pelopor perkembangan SAID di desa lainnya.

website SAID Desa Nglegi  http://nglegi-gunungkidul.info/
website SAID Desa Nglegi http://nglegi-gunungkidul.info/

Setelah sesi pembelajaran III, dilanjutkan dengan diskusi kelompok bertujuan untuk mendiskusikan isu-isu strategis terkait hasil testimoni dan seminar pada workshop hari pertama, program strategis yang perlu dilaksanakan guna menjawab isu strategis yang ada mulai dari tingkat desa-kabupaten-provinsi maupun rekomendasi untuk pemerintah pusat. Diskusi kelompok dibagi menjadi tiga tim yang disesuaikan dengan ketiga sesi pembelajaran. Terakhir workshop ditutup dengan merencanakan aksi tindak lanjut dan membangun komitmen keberlanjutan serta peluang membangun sinergi antar desa.

Accessible, Quality, Open Geospatial Data for All