“Town Watching” Penanggulangan Bencana
Jalan-jalan? Siapa sih yang nggak mau?
Jalan-jalan sambil membantu penanggulangan bencana? Yuk, kita town watchig… !
Bulan Maret lalu, tepatnya pada 22-23 Maret, Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) Indonesia berkesempatan untuk mendampingi Yayasan Tangguh Bencana Indonesia (YTBI) bersama para kader Pengurangan Risiko Bencana (PRB) nya dalam suatu pelatihan bertajuk “Pemetaan Partisipatif dalam Pengembangan Peta Ancaman melalui Pendekatan GIS/OSM dan Metode Town Watching “. Apa itu town watching? Secara sederhana, town watching dapat diartikan sebagai jalan-jalan di tengah kota. Apakah seperti jalan-jalan biasa? Ya, jalan-jalan biasa, tapi disertai dengan pengamatan terhadap kondisi sekitar, dan jika memungkinkan sambil memfoto dan mencatat. Meskipun sederhana, town watching dapat dimafaatkan untuk pengurangan risiko becana lho. Mengapa demikian? Iya, karena menurut penelitian, orang-orang yang selamat dari bencana pada umumnya adalah orang yang mengenal daerahnya. Pendekatan itulah yang menjadikan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengadopsi metode town watching sebagai salah satu program/riset penanggulangan bencananya. LIPI mengartikan town watching penanggulangan bencana sebagai suatu program bagi orang yang bermukim di suatu wilayah, yaitu warga, anak-anak, atau mahasiswa, dengan cara berkeliling wilayah melihat dan memahami tempat-tempat berbahaya ketika terjadi bencana maupun fasilitas untuk keselamatan; kemudian memikirkan sendiri langkah pengatasan dan antisipasi terhadap bahaya. Secara sederhana, Gambar 1 menyajikan langkah-langkah town watching penanggulangan bencana.
Mengapa kita melakukan town watching ?
Karena… (1) Pada umumnya orang-orang yang selamat adalah mereka yang rutin mengikuti dan melakukan latihan evakuasi, (2) Orang-orang yang selamat tersebut mampu mengenali dan memahami bahaya, kerentanan dan risiko di wilayahnya, (3) Masyarakat dapat secara mandiri melakukan tindakan ketika terjadi bencana dengan kekuatan sendiri sehingga tidak hanya menunggu dan mengandalkan bantuan dari pihak luar yang biasanya membutuhkan banyak waktu.
Apa sih tujuan melakukan town watching ?
(1) Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penanggulangan bencana, (2) Mengidentifikasi kerentanan lingkungan dan sekitarnya, (3) Mengidentifikasi kapasitas/sumberdaya yang dimiliki masyarakat yang dapat digunakan ketika terjadi bencana, (4) Mengidentifikasi permasalahan utama di lingkungan masyarakat serta menemukan solusi dari permasalahan tersebut.
Town Watching di Jakarta
Tahun sebelumnya, LIPI bersama dengan YTBI telah menerapkan metode town watching di beberapa daerah rawan bencana gempa bumi dan atau tsunami. Tahun ini, untuk pertama kalinya town watching dilakukan di daerah perkotaan yaitu Jakarta, terkait pengurangan risiko banjir. Kegiatan ini diawali dengan pelatihan yang diikuti oleh karang taruna dari 6 kelurahan terpilih (Kelurahan Pinangsia, Duri Utara, Kota Bambu Utara, Kota Bambu Selatan, Kembangan Selatan, Rawa Bunga, dan Klender), yang tergabung dalam wadah bernama Youth Ambassador. Dalam pelatihan yang terlaksana pada 22 – 23 Maret tersebut, Triyono, narasumber dari LIPI memaparkan apa itu town watching, tujuan, manfaat, dan langkah-langkah melakukan town watching. Hadir pula narasumber dari jajaran pemerintahan yaitu BPBD DKI Jakarta, yang melakukan review peta untuk membandingkan kondisi peta yang ada dan kondisi di lapangan (apakah sudah lengkap dan update?). Terakhir, untuk mengintegrasikan pembelajaran partisipatif dengan pemanfaatan teknologi untuk mendapatkan hasil yang objektif dan akurat; peserta diajarkan dan dilatih penggunaan Global Positioning System (GPS) oleh narasumber dari Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) Indonesia. Tak lupa, rekan-rekan dari HOT Indonesia menyampaikan pula tentang OpenStreetMap (OSM) dan mendorong para peserta untuk berkontribusi memetakan di OSM.
Tak hanya memahami teori di kelas, peserta pelatihan juga melakukan simulasi town watching dalam skala kecil, yaitu dalam lingkup wilayah RW 03 Kelurahan Pinangsia. Pertama, survei / observasi lapangan. Apa yang diamati? Setidaknya ada 3 hal, yaitu (1) titik-titik atau lokasi yang sebelumnya pernah terkena bencana seperti titik genangan, lokasi rawan tawuran, dll (2) titik-titik atau objek yang diperkirakan dapat menyebabkan bencana / bahaya, misalnya saluran mampet, tanggul jebol, (3) titik-titik, objek, atau fasilitas umum yang dapat membantu kita selamat dari bencana. Jika ditemukan objek-objek tersebut saat survei / observasi lapangan, peserta melakukan 3 hal. Apa yang dilakukan? (1) meng-capture koordinat (marking waypoint) dari titik / objek, (2) memfoto objek dengan kamera polaroid dan tak lupa menandai lokasi foto pada denah, dan (3) mencatat data atribut / keterangan objek pada form survei. Setelah survei / observasi lapangan yang cukup panjang, beralih ke tahapan town watching selanjutnya yang dilakukan secara indoor. Kedua, menggambar denah wilayah survei di kertas yang lebih lebar (kertas ukuran A1 atau A0). Mengapa perlu digambar pada kertas yang lebih besar? Karena denah tersebut nantinya akan menjadi bahan diskusi utama dalam rembug warga. Tak lupa foto-foto yang telah dikumpulkan pada saat survei / observasi lapangan ditempelkan pada denah sesuai lokasi pengambilan foto. Ketiga, diskusi / rembug warga. Dalam diskusi tersebut dibahas permasalahan-permasalahan yang ditemukan, berikut solusinya (termasuk menentukan jalur dan tempat evakuasi).
Apa Kaitannya antara OSM dan Town Watching ?
Tentu saja ada. Sebagaimana dijelaskan di awal, aktivitas dalam town watching sangat berkaitan erat dengan peta / denah wilayah. Sebagai platform pemetaan partisipatif, komunitas dapat memetakan terlebih dahulu wilayahya di OSM. Dengan demikian, sebelum menjelajah lingkungannya, orang-orang yang terlibat dalam town watching dapat mengetahui gambaran yang lebih baik tentang wilayahnya itu. Komunitas juga dapat menggunakan peta OSM sebagai peta dasar untuk dibawa saat melakukan survei / observasi lapangan, dan pada saat survei / observasi lapangan cukup menggambar objek-objek baru (misalnya jalan dan bangunan) yang belum ada di peta, serta memberikan catatan atau keterangan-keterangan tambahan. Nah, town watching semakin mudah kan, jika dikolaborasikan dengan OSM?