Pemetaan menggunakan OpenStreetMap dan Penggunaan InaSAFE untuk Bencana Kegagalan Bendungan Cengklik, Boyolali, Jawa Tengah

Pemetaan menggunakan OpenStreetMap dan Penggunaan InaSAFE untuk Bencana Kegagalan Bendungan Cengklik, Boyolali, Jawa Tengah

Latar Belakang Kegiatan

Bencana kegagalan bendungan merupakan salah satu jenis bencana yang terkadang kurang mendapatkan perhatian besar masyarakat jika dibandingkan dengan bencana gempa bumi, tsunami, dan banjir. Padahal, dampak yang dirasakan dari bencana ini juga dapat mengakibatkan banyak korban, mulai dari korban jiwa hingga material. Salah satu bencana jebolnya bendungan terjadi pada 27 Maret 2009, tepatnya berlokasi di Bendungan Situ Gintung, Ciputat, Tangerang Selatan. Bencana “tsunami kecil” ini mengakibatkan sekitar 500 rumah terendam, 150 rumah hancur, 100 orang tewas dan 500 orang lebih mengungsi. Berdasarkan dampak yang terjadi, perlu adanya penanganan secara serius terhadap konstruksi bendungan serta yang lebih penting adalah melakukan kajian penanggulangan risiko ketika bencana serupa kembali terjadi, sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan, baik dari segi manusia maupun infrastruktur.

Sebagai bentuk kesiapsiagaan terhadap keamanan bendungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat  (PUPR) bekerja sama dengan World Bank dan Perkumpulan OpenStreetMap Indonesia (POI) melaksanakan kegiatan DAM Operational Improvement and Safety Project Phase II (DOISP2) Implementation Support Mission. Kegiatan ini bertujuan untuk:

Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan sebelumnya yang telah dilaksanakan pada 17-18 Oktober 2018 bertempat di Hotel GrandDhika Iskandarsyah, Jakarta. Kegiatan kali ini dilaksanakan pada 21-24 Januari 2019 bertempat di Hotel The Alana Solo, Jl. Adi Sucipto, Colomadu – Solo Karanganyar, Jawa Tengah. Fokus utama dari kegiatan ini adalah mempelajari dan melakukan pengumpulan data menggunakan (OSM) di wilayah sekitar Bendungan Cengklik, Boyolali. Para peserta berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, mulai dari Kementerian PUPR, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), hingga para konsultan yang bekerjasama dengan Kementerian PUPR. 

 

Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan dibuka dengan pemaparan oleh Bapak Agus Jati selaku perwakilan dari Kementerian PUPR mengenai lokasi Bendungan Cengklik yang dijadikan lokasi utama kegiatan pemetaan lapangan. Setelah kegiatan dibuka, para peserta diajarkan mengenai teknik pengumpulan data lapangan menggunakan OpenStreetMap. Setelah itu, para peserta langsung diberikan materi pengenalan OSM mulai dari pembuatan akun hingga bagaimana cara melakukan digitasi menggunakan Java OpenStreetMap (JOSM). Untuk melengkapi data OSM di sekitar bendungan, para peserta juga diajak untuk melakukan kegiatan Mini Mapathon melalui Tasking Manager yang sudah disiapkan sebelumnya.

Gambar kiri: Bapak Agus Jati (Kementerian PUPR) menyampaikan pengenalan Bendungan Cengklik kepada peserta; Gambar kanan: Pak Eko (METANA) pada saat memberikan pertanyaan kepada Adityo Dwijananto (POI)

 

Tasking Manager wilayah sekitar Bendungan Cengklik, Boyolali

Di hari kedua, para peserta mendapatkan materi mengenai survei lapang, mulai dari pengenalan alat-alat survei seperti GPS, OSM Tracker, Field Papers dan form survei hingga objek-objek apa yang sebaiknya diambil ketika melakukan pengumpulan lapang. Sekitar pukul 11.00 WIB, para peserta melakukan simulasi survei lapang di sekitar lokasi pelatihan. Para peserta dibagi menjadi empat kelompok yang berbeda dengan ditemani satu orang fasilitator di setiap kelompoknya. Hal ini dilakukan untuk membiasakan para peserta untuk melakukan survei lapang, sehingga pada saat survei yang sebenarnya di lokasi Bendungan Cengklik, para peserta sudah terbiasa dan bisa mengumpulkan data dengan baik. Setelah survei para peserta juga diajarkan untuk melakukan input data hasil survei ke dalam OSM.

Suasana pada saat simulasi survei hari kedua

Kegiatan hari ketiga diisi dengan kegiatan survei lapang langsung di sekitar Bendungan Cengklik. Para peserta langsung berangkat sejak pagi sesuai dengan kelompok masing-masing untuk mulai mengumpulkan data-data infrastruktur dan penduduk yang ada di sekitar Bendungan Cengklik.

Survei penduduk yang dilakukan oleh kelompok 2 di
Desa Ngersep, Boyolali

Pada hari terakhir, para peserta diberikan materi mengenai pemanfaatan InaSAFE untuk skenario dampak bencana kegagalan bendungan (DAM Break). Analisis InaSAFE dilakukan untuk data-data OSM yang telah dikumpulkan di hari sebelumnya. Kegiatan ditutup dengan evaluasi kegiatan oleh Bapak Agus Jati dan sesi foto bersama.

 

Hasil Kegiatan

Selama 4 hari kegiatan, para peserta telah berhasil mengetahui bagaimana teknik pengumpulan data menggunakan OSM. Melalui kegiatan Mini Mapathon selama kegiatan berlangsung, jumlah data OSM yang ada di sekitar Bendungan Cengklik juga mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa para peserta telah memahami bagaimana cara menambahkan data menggunakan OpenStreetMap.

Kondisi data OSM sebelum (gambar kiri) dan setelah (gambar kanan) kegiatan pelatihan

Diharapkan dengan ketersediaan data yang semakin lengkap, maka hasil analisis terhadap Rencana Tanggap Darurat (RTD) yang akan dibuat juga akan menghasilkan hasil yang lebih baik dan dapat membantu ketika terjadinya bencana kegagalan bendungan.

Sesi foto bersama dengan seluruh peserta kegiatan

 

Accessible, Quality, Open Geospatial Data for All