Pemetaan Bengawan Solo Dalam Rangka Penyusunan Rencana Kontijensi Banjir Bengawan Solo
Bengawan Solo adalah sungai terbesar, terpanjang, dan sungai tertua di Jawa. Dengan total panjang 343,6 km, sungai ini melintasi 5 kabupaten dan 198 desa di Provinsi Jawa Timur. Di balik fenomena unik terbaliknya arah aliran sungai ini (dari utara ke selatan menjadi dari selatan ke utara) akibat aktivitas tektonik dua juta tahun yang lalu, saat ini Solo Bengawan menjadi mimpi buruk bagi 300.000 orang tinggal di sepanjang sungai ini karena banjir setiap tahun. Banjir terakhir pada Januari 2013 membanjiri sekitar 26,229 hektar dan kerugian diperkirakan sekitar 47 miliar.
Merespon fakta bahwa banjir akan selalu terjadi setiap tahun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, bekerja sama dengan United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UN – OCHA) dan Australia – Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) telah sepakat untuk memperbarui rencana kontijensi “Banjir Bengawan Solo” 2013 sebagai salah satu upaya pengurangan risiko bencana. Rencana kontijensi adalah dokumen yang menyatakan apa yang harus kita lakukan jika kondisi kontingensi (seperti bencana) yang terjadi, apa dan berapa banyak yang harus kita persiapkan. Dengan demikian, data yang detail dan update diperlukan untuk membuat rencana kontijensi yang baik. Itulah kenapa OSM bergabung dalam proyek ini, yaitu sebagai alat untuk mengumpulkan data.
Proyek ini diawali dengan pelatihan OSM selama tiga hari untuk para surveyor. Pelatihan ini bertujuan untuk melatih pramuka –surveyor dalam proyek ini adalah pramuka, untuk mengumpulkan data baik data grafis/peta (dengan citra digitalisasi) ataupun data atribut (dengan survey lapangan dan kemudian diinput melalui JOSM). Sekitar 40 pramuka mengikuti pelatihan ini, dan dilanjutkan dengan survei lapangan selama 5 hari (29 April-3 Mei 2013) di 5 kabupaten: Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik.
Untuk memenuhi kebutuhan dalam rencana kontijensi ini, kami mengumpulkan berbagai data, beberapa diantaranya sangat spesifik, terdiri dari data kerentanan (misalnya apakah ada dan berada di rumah yang manakah wanita hamil, orang cacat, ataupun orang sakit) dan data kapasitas (seperti berapa banyak kendaraan yang masyarakat miliki, dan apakah ada listrik, pasokan air, toilet, dan alat komunikasi pada suatu fasilitas umum) dengan GPS dan fieldpapers.
Pada akhir proyek ini, sebanyak 35.000-an bangunan telah terpetakan dalam OSM. Data tersebut kemudian digunakan sebagai layer exposure bersama dengan data AsiaPop dalam simulasi InaSAFE. Simulasi InaSAFE telah berjalan dengan baik dan memberikan hasil bahwa sekitar 20.000-an bangunan mungkin akan tergenang (jumlah bangunan tergenang mungkin lebih dari jumlah ini karena beberapa daerah belum sepenuhnya terpetakan), jumlah penduduk terdampak 242,000-an dan 2.000-an orang diantaranya perlu evakuasi (ambang batas evakuasi 1%).
Terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan berkontribusi aktif dalam proyek ini, terutama rekan-rekan BPBD Provinsi Jawa Timur, Semoga semua relawan terutama pramuka Jawa Timur tetap melanjutkan pemetaan, sehingga kita dapat meningkatkan kualitas data dan menghasilkan analisis yang lebih baik.