Pelatihan QGIS dan InaSAFE untuk Penyusunan Kajian Risiko Bencana

Pelatihan QGIS dan InaSAFE untuk Penyusunan Kajian Risiko Bencana

Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU)  bekerja sama dengan Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) Indonesia kembali mengadakan pelatihan dalam rangka pembuatan dokumen kajian risiko bencana. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan pelatihan tahap pertama yang telah diselenggarakan bulan Februari 2017. Kegiatan ini berlangsung di dua lokasi yang berbeda, yakin Pare-Pare, Sulawesi Selatan pada tanggal 10-14 April 2017 dan Kudus, Jawa Tengah pada tanggal 17-21 April 2017.

Pada pelatihan tahap pertama, peserta diberikan materi mengenai bagaimana cara mengumpulkan data lapang menggunakan OpenStreetMap yang nantinya akan dijadikan sebagai data keterpaparan dari suatu bencana. Di pelatihan tahap kedua kali ini, peserta lebih dikhususkan untuk menerima materi QGIS dan InaSAFE yang dapat digunakan untuk menghitung dampak dari suatu kejadian bencana. Selain itu, pada pelatihan kedua ini para peserta juga diajarkan bagaimana cara mengolah data tabular yang berasal dari data potensi desa (Podes) menjadi sebuah parameter yang berpengaruh terhadap tinggi, sedang, atau rendahnya kejadian bencana di suatu wilayah. Para peserta juga diajarkan untuk membuat peta bencana berdasarkan dari beberapa data spasial yang telah tersedia.

Kegiatan pelatihan QGIS dan InaSAFE di Kudus, Jawa Tengah

Pelatihan hari pertama dimulai dengan pembukaan oleh pemerintah dan badan terkait di masing-masing daerah. Pada hari pertama, peserta diberikan konsep dan metodologi bagaimana alur kerja dalam proses pembuatan sebuah dokumen kajian risiko bencana dan pentingnya dokumen tersebut dalam penanggulangan bencana. Setelah itu, peserta diberikan materi mengenai tiga hal penting dalam penyusunan kajian risiko bencana, yakni kapasitas, kerentanan, dan ancaman. Kemudian, peserta diajarkan bagaimana cara membuat peta kapasitas dan kerentanan berdasarkan data yang diambil dari potensi desa (Podes) 2014. Namun sebelumnya, para peserta telah dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kajian bencananya masing-masing. Setiap peta, baik peta kerentanan maupun peta kapasitas, dibuat berdasarkan parameter-parameter yang disepakati oleh masing-masing kelompok. Kegiatan hari pertama ini difokuskan untuk menentukan parameter apa saja yang menyusun data kapasitas dan kerentanan untuk setiap bencananya.

Contoh tabel parameter kapasitas Kabupaten Barru

 

Contoh parameter kapasitas bencana banjir Kabupaten Jepara

Pada hari kedua, kegiatan masih berkutat seputar pembuatan data kapasitas dan juga kerentanan. Para peserta mengolah setiap parameter yang telah ditentukan di hari sebelumnya untuk dihitung skoringnya. Nantinya,hasil skoring untuk masing-masing parameter akan dikalikan dengan bobot yang juga wajib disepakati oleh masing-masing kelompok bencana. Hasil perkalian tersebutlah yang menjadi nilai akhir dari data kapasitas dan juga data kerentanan dari masing-masing bencana.

Kegiatan pelatihan QGIS dan InaSAFE di Pare-pare, Sulawesi Selatan

Setelah selesai mendapatkan data kapasitas dan juga kerentanan, peserta akan membuat data ancaman untuk masing-masing bencana. Kali ini, para peserta akan mulai bekerja dengan data spasial. Untuk itu, sebelum mulai bekerja dengan data spasial, para peserta diberikan pemahaman mengenai dasar-dasar SIG agar para peserta memahami jenis-jenis data spasial (vektor dan raster) serta sedikit teori bagaimana cara mengolah data spasial yang ada. Selanjutnya, para peserta diberikan pengenalan QGIS untuk mengolah data-data spasial yang diperlukan. Para peserta berlatih bagaimana cara memasukan data vektor dan juga data raster ke dalam QGIS, serta belajar bagaimana cara melihat informasi di dalam data spasial. Selain itu, para peserta juga diajarkan untuk mengunduh plugin InaSAFE ke dalam QGIS. Setelah semua materi mengenai SIG dan juga QGIS selesai diberikan, para peserta mulai diajarkan untuk membuat peta ancaman berdasarkan data-data spasial yang ada, seperti kemiringan lereng, curah hujan, jenis batuan, dan batas administrasi.

Di hari ketiga, para peserta menggabungkan data tabular yang telah dibuat sebelumnya dengan data spasial. Adapun tujuan dari penggabungan data ini adalah untuk membentuk satu peta risiko dari masing-masing bencana yang ada. Pembuatan peta risiko ini dilakukan dengan menggunakan fitur Intersect (perpotongan) antara data kerentanan, kapasitas, dan ancaman. Setelah digabungkan, peserta diajarkan bagaimana melakukan simbologi pada masing-masing peta. Sampai saat ini, para peserta telah berhasil menggabungkan data tabular dengan data spasial menjadi peta kapasitas, peta kerentanan, dan juga peta ancaman dan juga telah berhasil menggabungkan ketiga peta tersebut menjadi peta risiko.

Setelah pembuatan peta risiko, para peserta diberikan konsep cara kerja dan demonstrasi sederhana InaSAFE untuk menghitung dampak dari suatu kejadian bencana. Materi mengenai InaSAFE penting untuk sebagai pengantar dari materi pembuatan valuasi risiko. Dalam materi valuasi risiko, peserta diajarkan untuk menghitung dampak dari suatu bencana dengan menggunakan InaSAFE, kemudian hasil dari analisa tersebut dihitunglah nominal kerugian yang dihasilkan berdasarkan dokumen Standar Biaya Masukan di setiap kabupaten.

Pada hari keempat, peserta diajarkan bagaimana cara membuat peta dengan menggunakan Map Composer. Peta yang dibuat adah peta ancaman, peta kapasitas, peta kerentanan dan juga peta risiko yang telah dibuat sebelumnya. Tidak hanya pembuatan peta, para peserta juga diminta untuk membuat narasi deskriptif dari peta yang telah dihasilkan. Pembuatan narasi ini penting agar peta-peta yang dihasilkan oleh para peserta tidak hanya dideskripsikan secara sederhana, melainkan dengan melihat berbagai aspek lain seperti parameter yang digunakan, sebaran data, dan bagaimana cara membuatnya hingga menghasilkan data tersebut.

Contoh hasil peta risiko yang dihasilkan oleh para peserta pelatihan. Sebelah kiri: Peta risiko banjir di Kabupaten Jepara; Sebelah kanan: Peta risiko longsor Kabupaten Wajo

Kegiatan ditutup dengan diskusi rencana tindak lanjut untuk masing-masing daerah serta pembagian hadiah kompetisi Mini Mapathon yang telah diadakan pada pelatihan tahap pertama, Februari 2017.

Atas: Sesi foto bersama peserta di Pare-pare; Bawah: Pembagian hadiah pemenang kompetisi Mini Mapathon

Accessible, Quality, Open Geospatial Data for All