Disabilitas Tangguh Bencana Kolaborasi HOT ID dan Arbeiter-Samariter-Bund (ASB)
Dalam peningkatan kapasitas peran disabilitas dalam penanggulangan bencana dan aksi kemanusiaan, HOT ID bekerja sama dengan Arbeiter-Samariter-Bund (ASB) mengadakan pelatihan “Standar dan Mekanisme Aksi Kemanusiaan Inklusif dan Pemetaan Lapangan Menggunakan OpenStreetMap”. Dalam hal ini, HOT ID sebagai lembaga penyedia data spasial yang menerapkan prinsip data yang bebas dan terbuka untuk aksi kemanuasiaan dan pengembangan ekonomi. Pemetaan dengan OpenStreetMap dapat memberikan kontribusi terkait peran penyandang disabilitas dalam pemetaan risiko bencana. Peserta yang hadir berjumlah 22 orang berasal dari 8 provinsi yang sebelumnya sudah mengikuti pelatihan rencana kontijensi bersama ASB.
Pelatihan pertama dilaksanakan tanggal 11-12 April 2017 dan disampaikan oleh Axel Smith dan Ary Ananta dari ASB, materi yang disampaikan terkait aksi kemanusiaan yang akan membawa peserta mengenal dan mendalami Sphere Handbook sebagai standar minimum dalam aksi kemanusiaan yang telah diadopsi didalam SNI. Juga diperkenalkan dengan ADCAP (Age and Disability Capacity) yang merupakan standar minimum tentang inklusi lansia dan disabilitas dalam aksi kemanusiaan serta penggunaan Kobo Toolbox sebagai aplikasi pendataan dan survei yang pada saat ini digunakan dalam kegiatan kemanusiaan.
Pelatihan kedua dilaksanakan tanggal 13 – 15 April 2017 disampaikan oleh pihak HOT ID, materi yang disampaikan terkait pengumpulan data lapang menggunakan OpenStreetMap. Sesi hari pertama terdiri dari pengenalan OSM, memulai OSM, pemanfaatan OSM untuk Disabilitas, dan penggunaan alat-alat survey lapang untuk persiapan survey. Pada pelatihan ini juga hadir Bapak Sarwa Pramana selaku Kepala Pelaksana Harian BPBD Provinsi Jawa Tengah untuk memberikan sambutan dan melihat proses pelatihan. Bagi penyandang disabilitas tunanetra dapat mengikuti sesi pelatihan dengan menggunakan screen reader pada laptop mereka, walaupun beberapa aplikasi OSM tidak dapat terbaca oleh screen reader, mereka dapat mendengarkan materi dengan baik. Kami mengakhiri sesi hari pertama dengan pembagian kelompok. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 6-7 orang. Kami juga berdiskusi dengan peserta untuk menyepakati infrastruktur yang akan dipetakan.
Kegiatan pelatihan OSM hari kedua diawali dengan survey lapangan di wilayah terdampak banjir Sungai Bengawan Solo yang berlokasi di RT 01-03-04/RW 07, Dusun Ngemplak, Desa Gadingan, Kabupaten Sukoharjo. Ketinggian banjir di lokasi tersebut mencapai 1-2 meter. Infrastruktur yang akan dikumpulkan terdiri dari masjid, jaringan jalan, jembatan, tempat pengungsian, jalur evakuasi, rumah disabilitas, lapangan, rumah sakit, sekolah, dan kantor kelurahan. Infrastruktur di wilayah tersebut belum dipetakan didalam OpenStreetMap.
Peserta berangkat bersama-sama di pagi hari untuk menuju lokasi survey yang berjarak 7.5 km dari tempat pelatihan. Sesampainya di lokasi kami bertemu dengan Bapak Ketua RW 07 dan memberikan arahan mengenai keadaan banjir dan kondisi di lapangan. Peserta berkumpul untuk mendengarkan arahan dan intruksi metode pengumpulan data lapang sebelum memulai survey. Pembagian wilayah survey terdiri dari kelompok 1 wilayah RT 01, kelompok 2 wilayah RT 03, dan kelompok 3 wilayah RT 04. Peralatan yang digunakan yaitu GPS, OSM Tracker, dan form survey. Untuk peserta penyandang disabilitas tunanetra dapat menggunakan OSM Tracker dengan mengaktifkan Talk Back pada smartphone dan menandai bangunan dengan “voice record”. Keadaan di lapangan pada saat itu, cuaca sangat cerah dan kondisi dilapangan cukup baik. Walaupun jaringan jalan berbatu dan ada beberapa yang sudah di beton , serta fasilitas umum belum dilengkapi akses disabilitas, teman-teman tetap semangat dan antusias dalam mengikuti kegiatan survey lapang.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi pengoperasian JOSM dan praktik dasar menggunakan JOSM. Pada sesi ini, semua laptop tidak ada kendala dalam instalasi JOSM tetapi kendala ditemukan saat peserta dari tunanetra mencoba menggunakan aplikasi JOSM dan screen reader laptop mereka tidak berfungsi untuk aplikasi JOSM. Kemudian peserta diminta praktik menggambarkan lokasi rumah masing-masing dengan menggunakan JOSM dan yang paling lengkap akan tampil ke depan untuk menjelaskan lokasi yang sudah digambarkan.
Kami melanjutkan pelatihan OSM hari ketiga dengan presentasi untuk memaparkan hasil survey lapang, perwakilan dari masing-masing kelompok maju untuk menjelaskan kondisi wilayah survey dan mendeskripsikan hasilnya. Kami berhasil mengumpulkan 35 titik infrastruktur di tiga RT, Dusun Ngemplak.
Pada tabel di bawah ini merupakan hasil survey lapang dari masing-masing kelompok.
Setelah teman-teman memaparkan hasil survey, kami memulai untuk memasukkan hasil lapang ke dalam OpenStreetMap. Peserta diarahkan untuk mengeksport hasil pengumpulan infrastruktur dan track GPS ke dalam laptop. Hasil dari OSM Tracker sangat beragam karena peserta mencoba mengambil data infrastruktur dengan menggunakan “voice record, foto, dan notes”. Dari hasil survey didapatkan lokasi pengungsian terletak di tanggul sungai yang difungsikan juga untuk jalan dan belum memiliki fasilitas bagi pengungsi seperti MCK, dapur umum, dan perahu karet. Lokasi pengungsian yang sebenarnya berada di Balai Desa/Kantor Kelurahan Gadingan yang berjarak 750 meter dari lokasi banjir.
Setelah semua kelompok berhasil memasukkan data dan informasi yang diperoleh dari survey lapang, kami melanjutkan sesi penggunaan tasking manager. Wilayah yang akan di digitasi menggunakan Tasking Manager juga berada di Desa Gadingan dan sekitarnya. Pelatihan hari ketiga diakhiri dengan sesi demo “memperoleh data OSM dan penggunaan InaSAFE”. Sesi terakhir, kami melakukan pemutaran video mengenai kegiatan pelatihan dan sesi Quiz untuk mengulang materi pelatihan.