Pelatihan Pemetaan Digital untuk Perayaan Hari Perempuan Sedunia
Merayakan Hari Perempuan Sedunia, Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) Indonesia menyelenggarakan pelatihan pemetaan, #WomenMap, menggunakan perangkat pemetaan gratis dan terbuka. Kegiatan ini diprakarsai untuk memperkenalkan dan melatih perempuan meningkatkan kemampuan IT dan pemetaan digital, sejalan dengan inisiatif HOT mendorong inklusifitas kelompok-kelompok rentan, seperti perempuan, penyandang difabilitas, pemuda dan komunitas marginal untuk memperkecil kesenjangan digital (digital divide). Inisiatif ini didukung oleh Pemerintah Australia, Disaster Management Innovation (DMI) dan UN Women.
Di berbagai tempat di dunia, perempuan masih menjadi obyek kekerasan dan diskriminasi, 1 dari 3 perempuan menjadi korban kekerasan fisik dan seksual. Setiap tahun, sekitar 800 ibu meninggal akibat keguguran yang diakibatkan oleh kurangnya fasilitas akses kesehatan. Di tempat kerja, pekerja perempuan menerima pendapatan 30% kurang dari pekerja laki-laki (Constitutional Database, UN Women, 2014). Ini hanyalah sebagian contoh dari buruknya realitas dan situasi ideal tercapainya kesetaraan gender.
Pengambil kebijakan seringkali mengabaikan kebutuhan spesifik perempuan terkait akses fasilitas umum. Hal ini juga diakibatkan rendahnya representasi perempuan dalam pengambilan kebijakan di berbagai negara. Dalam 20 tahun terakhir, perempuan menduduki hanya 22% kursi parlemen dan jabatan publik lainnya. Minimnya representasi menghambat progesivitas kemajuan advokasi penyediaan hak-hak wanita.
Fasilitas publik terkait keamanan perempuan, semisal lampu jalan, kompartemen terpisah untuk perempuan di fasilitas transportasi umum, klinik kesehatan ibu dan anak, belum sepenuhnya terpetakan dan terdokumentasikan dengan baik. Di wilayah terdampak bencana dan konflik, tindak kekerasan dan ketidakberadaan akses untuk kebutuhkan khusus perempuan memperparah situasi negatif yang dialami mereka. Minimnya representasi dan akses menambah arti penting perlunya upaya penguatan perempuan dengan kecakapan IT sebagai alat advokasi.
#WomenMap memberikan wadah bagi perempuan untuk mengintensifkan diskusi terkait bagaimana teknologi berperan dalam penguatan perempuan. Di tanggal 8 Maret 2017, perwakilan perempuan dari berbagai sektor publik dan swasta, LSM serta universitas berkumpul untuk pelatihan OpenStreetMap (OSM). Beberapa institusi yang mendaftarkan diri untuk pelatihan, antara lain Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Universitas Gadjah Mada, Universitas Trisakti, School of Government and Public Policy, USAID ICED, PT. Ruang Raya Indonesia, dan Indosat.
Membuka pelatihan, Charlotte Morgan dari Disaster Management Innovation (DMI) menumbuhkan motivasi peserta dibalik pentingnya penguatan perempuan menggunakan IT dan GIS, “Kemampuan mengoperasikan komputer dan kecakapan bidang GIS memampukan saya berkontribusi pada isu-isu besar dan memimpin terobosan-terobosan di tempat kerja.” Iriantoni dari UN Women menekankan, “Bukan merupakan hal yang umum bagi perempuan untuk dilatih dengan keahlian-keahlian menyelamatkan nyawa, penting untuk membalik tren ini dengan melatih kecakapan yang dapat menaikkan posisi tawar perempuan dalam komunitas.”
Pelatihan mencakup teknik sederhana menambahkan data spasial ke dalam OpenStreetMap dan bagaimana data yang telah dikumpulkan dapat divisualisasikan untuk mendorong inovasi dan advokasi hak wanita di berbagai industri, termasuk kesehatan, pendidikan, kewirausahaan dan pariwisata. Konsisten dengan upaya mengarusutamakan peran perempuan dalam data spasial dan teknologi, HOT terus menulusuri jumlah peserta perempuan dalam lebih dari 100+ pelatihan yang pernah diadakan sejak tahun 2014. Peserta pelatihan perempuan meningkat secara perlahan dan memuncak hanya di rasio 30% dari total keseluruhan peserta pelatihan tersertifikasi. Hal inilah yang mendorong dibentuknya #WomenMap untuk terus menyeimbangkan rasio gender dan mendorong partisipasi perempuan dalam pemetaan digital.
Di berbagai wilayah lain di seluruh dunia, HOT memobilisasi dukungan untuk memetakan komunitas dan perempuan yang terdampak Female Genital Mutilation dan malaria. Komunitas OSM juga menyusun daftar obyek dan tagging peta yang secara spesifik mengangkat isu yang dapat memengaruhi perempuan. #WomenMap diharapkan dapat terus berkembang menjadi inisiatif yang berkelanjutan dan kolaboratif untuk memperbaiki penghidupan perempuan melalui peningkatan keterampilan digital.