Pelatihan Aplikasi QGIS dalam Kajian Risiko Bencana di Nagekeo, NTT

Pelatihan Aplikasi QGIS dalam Kajian Risiko Bencana di Nagekeo, NTT

Perencanaan penanggulangan bencana di setiap daerah memerlukan kajian-kajian terkait dengan risiko bencana. Sehubungan dengan hal tersebut, melalui Program Dukungan Pengembangan Kapasitas (CDSP), BPBD Provinsi NTT bekerjasama dengan AIFDR mengadakan kegiatan Pelatihan Aplikasi QGIS dalam Kajian Risiko Bencana yang diselenggarakan selama tiga hari (27-29 Mei 2015). Kegiatan ini sendiri masih dalam satu rangkaian kegiatan dengan Pelatihan dan Lokakarya Kajian Risiko Bencana yang dilaksanakan dua hari sebelumnya (25-26 Mei 2015). Kabupaten Nagekeo dipilih menjadi sasaran investasi pelatihan-pelatihan ini karena mereka belum memiliki dokumen kajian risiko bencana dan karena faktor minat serta kesiapan BPBD kabupaten  yang antusias memberikan respon atas kebutuhan perencanaan PB di daerahnya.

Peserta pelatihan berjumlah 23 orang yang merupakan perwakilan dari BPBD Provinsi NTT, BPBD Kabupaten Nagekeo, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, BAPPEDA, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kehutanan, Dinsosnakertrans, Badan Lingkungan Hidup Nagekeo dan lembaga swadaya masyarakat (YMTM, Wahana Visi Indonesia, dan Plan Indonesia). Seluruh peserta tersebut belum pernah mengikuti pelatihan QGIS ataupun InaSAFE.

Pelaksanaan Kegiatan

Sehari sebelum kegiatan Pelatihan QGIS ini, peserta bersama-sama mengolah data PODES untuk membuat data kerentanan dan kapasitas di Kabupaten Nagekeo dalam bentuk tabuler (Excel). Setelah data kerentanan dan kapasitas tersedia, tahapan selanjutnya yaitu menggabungkan data tabuler tersebut dengan data spasial sehingga nantinya dapat menghasilkan peta kapasitas dan peta kerentanan.

Untuk memulai pembuatan peta kapasitas – kerentanan, peserta terlebih dahulu diperkenalkan dengan QGIS yang dipaparkan oleh pihak HOT. Adapun materi yang diajarkan diantaranya yaitu, (i) antarmuka (interface) QGIS, (ii) praktek menambahkan data vektor, (iii) praktek simbologi dan (iv) praktek labelling. Setelah perkenalan QGIS, barulah peserta bersama-sama memulai praktek JOIN data (penggabungan data tabuler ke peta). Di akhir sesi peserta telah dapat menghasilkan peta kapasitas dan kerentanan.

Sesi pengenalan QGIS dan Join data kapasitas - kerentanan
Gambar 1. Sesi pengenalan QGIS dan Join data kapasitas – kerentanan

Hari ke-1

Hari ke-1 pelatihan merupakan praktik survei lapangan untuk pengumpulan data yang dilakukan di wilayah-wilayah yang menjadi prioritas.

  1. Aesesa: Desa Waekokak, Desa Mbay II
  2. Wolowae: Desa Anakoli, Desa Totomala
  3. Boawae: Desa Mulakoli, Desa Rigi
  4. Nangaroro: Desa Woewutu, Desa Woedoa
Lokasi Survei Lapangan
Gambar 2. Lokasi Survei Lapangan

Kegiatan survei lapangan terbagi dalam 2 kegiatan yaitu pengumpulan fasilitas-fasilitas umum di desa seperti sekolah, rumah sakit, gereja, dll dengan menggunakan GPS dan form survei serta wawancara dengan masyarakat ataupun aparat desa terkait dengan kejadian bencana yang terjadi di desa mereka. Adapun bencana yang disurvei dalam kegiatan kali ini meliputi banjir, kekeringan, gempa bumi, longsor dan gunung api.

Kegiatan survei lapangan dan mewawancarai warga lokal di Kantor Desa
Gambar 3. Kegiatan survei lapangan dan mewawancarai warga lokal di Kantor Desa

Hari ke-2

Kegiatan pada hari ke-2 dimulai dari aktivitas input data-data survei lapangan kemarin. Adapun para peserta memasukkan data-data GPS mereka ke dalam komputer menggunakan QGIS. Selain itu, para peserta juga menuliskan kembali hasil wawancara mereka kemarin yang hasilnya dapat digunakan untuk menjelaskan dan menambahkan deskripsi analisis untuk tiap-tiap jenis ancaman. Kemudian pada siang hingga sore hari peserta berlatih membuat peta ancaman dan peta risiko bencana.

Hari ke-3

Jumat pagi dimulai dengan materi Valuasi Risiko Bencana. Adapun variabel yang dihitung dalam valuasi risiko ini adalah, (1) Bangunan, (2) Fasilitas Umum, (3) Penduduk, (4) Permukiman, (5) Sawah, (6) Kebun, dan (7) Ladang.

Perhitungan valuasi risiko ini menggunakan InaSAFE untuk menghitung variabel bangunan dan penduduk sedangkan variabel yang lain dihitung dengan metode overlay masing-masing variabel dengan data ancaman kemudian dihitung di Microsoft Excel (Pivot Table) untuk kemudian menghasilkan data-data keterpaparan dan dampak di masing-masing zona ancaman bencana seperti jumlah bangunan terdampak, jumlah penduduk terdampak, luas lahan pertanian yeng terdampak, dst.

Setelah materi Valuasi Risiko selesai, kemudian dilanjutkan materi layout peta. Peserta dipandu untuk membuat peta risiko bencana yang baik, mudah dimengerti oleh pembaca peta dan siap untuk dicetak. Berikut adalah salah peta risiko bencana karya para peserta pelatihan:

Peta Risiko Ancaman Kekeringan karya peserta pelatihan.
Gambar 4. Peta Risiko Ancaman Kekeringan karya peserta pelatihan.
Di akhir acara tak lupa kami foto bersama (Peserta dan Fasilitator)
Gambar 5. Di akhir acara tak lupa kami foto bersama (Peserta dan Fasilitator)

Accessible, Quality, Open Geospatial Data for All