Pelatihan Analisa Risiko Bencana BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur
Setelah hampir 1 tahun tidak melaksanakan aktifitas kegiatan di daerah Indonesia Timur, pada tanggal 3 – 6 Februari 2014 kemarin akhirnya Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) kembali mendapatkan kesempatan untuk kembali berpartisipasi. Pada kesempatan kali ini HOT bersama dengan AIFDR dan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur memberikan pelatihan untuk analisa risiko bencana kepada seluruh BPBD kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tujuan utama dari pelatihan ini adalah memberikan informasi dan gambaran apa itu analisa risiko bencana dan seperti apa tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk membuat analisa risiko bencana.
Pelatihan ini dilaksanakan di Kota Waingapu, Sumba Timur tepatnya kantor BPBD Kabupaten Sumba Timur dan dilaksanakan selama 4 hari. Pelatihan ini dibuka oleh Ibu Martina. D. Jera selaku Kepala Pelaksana BPBD Sumba Timur didampingi oleh Bapak Josua Simanulang selaku perwakilan dari AIFDR dan Bapak Sintos Carolus selaku Ketua BPBD Sumba Timur.
Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan perkenalan analisa risiko bencana oleh Bapak Julius Nakmofa yang merupakan direktur dari Perkumpulan Masyarakat Penanggulangan Bencana (PMPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada kesempatan ini Bapak Julius mengajarkan apa itu bencana dan apa itu risiko. Beliau juga memberikan semacam tugas untuk masing-masing BPBD kabupaten untuk menganalisa seperti apa bencana yang sering terjadi di kabupaten mereka dan apa penyebab utamanya. Tujuan dari tugas ini agar para peserta bisa lebih memahami karakteristik wilayah kerja mereka dan mengetahui bencana apa saja yang sangat berpotensi terjadi di wilayah mereka sehinnga kedepannya mereka dapat bisa lebih mudah untuk merencanakan dan membuat analisa resiko bencana untuk kabupaten mereka masing-masing.
Setelah para peserta mengetahui potensi bencana yang ada di masing-masing kabupaten mereka kemudian ada materi dari Bapak Fredy Chandra mengenai metodologi dan teknis dalam rangka membuat analisa risiko bencana. Dalam materinya bapak Fredy mengajarkan apa saja komponen yang terlibat dalam membuat analisa resiko wilayah seperti kapasitas, kerentanan dan data keterpaparan (exposure). Setelah itu peserta diajarkan juga mengenai cara skoring untuk menentukan tingkat kerentanan dan resiko terhadap bencana di suatu wilayah dan apa itu Sistem Informasi Geografi (SIG) dan perannya dalam membuat analisa risiko bencana.
Setelah peserta mendapatkan pengantar dan pengetahuan tentang analisa risiko bencana maka pada hari ke 2 hingga 4 pelatihan mereka akan mencoba untuk membuat peta komponen yang dibutuhkan dalam analisa risiko bencana seperti peta keterpaparan bangunan (exposure) dan peta administrasi wilayah serta secara sederhana membuat data bencana (hazard) berdasarkan hasil survei lapangan.
Materi pertama adalah tentang perkenalan OpenStreetMap serta Quantum GIS (QGIS) serta apa saja yang bisa kita lakukan dengan OpenStreetMap dan QGIS dalalm membuat analisa risiko bencan. Sebagai alat pengumpul data (Data Collection) OpenStreetMap dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan data-data keterpaparan (Exposure) seperti bangunan-bangunan penting, penggunaal lahan serta infrastruktur penting lain yang ada di suatu wilayah sedangkan QGIS adalah alat pemproses data (data processing) untuk mengolah data-data yang kita miliki hingga menjadi sebuah peta yang nantinya bisa digunakan untuk analisis resiko bencana.
Materi selanjutnya adalah pengenalan GPS dan penentuan survei lapangan. Kebanyakan dari peserta belum bisa menggunakan GPS oleh karena itu dilakukan perkenalan GPS serta bagaimana cara menggunakannya ketika melakukan survei lapangan. Peserta dibagi kedalam 3 kelompok yang dimana tiap kelompok akan melakukan survei lapangan di tempat yang berbeda-beda. Beberapa hal yang dikumpulkan saat survei lapangan adalah :
1. Bangunan-Bangunan Penting
2. Penggunaan Lahan (Sawah, Ladang,dll)
3. Titik-Titik Bahaya (dalam pelatihan ini bahaya yang kami gunakan adalah banjir)
Setelah melakukan survei lapangan peserta kemudian melakukan input data eksposur (bangunan dan penggunaan lahan) di JOSM kemudian peserta menyimpannya dalam bentuk file .osm dan dimasukkan ke dalam QGIS untuk diolah lebih lanjut. Untuk titik-titik banjir kemudian diinput di dalam QGIS untuk melengkapi data exposure yang sudah ada.
Peserta kemudian mempelajari dasar-dasar penggunaan QGIS seperti input data vektor (.shp) kemudian mengatur tabel atribut (memilih, menghapus, menambahkan, mengubah) lalu mempelajari simbologi dan labelling kemudian komposer peta (layout).
Di tengah-tengah pembuatan peta bencana dan keterpaparan, Bapak Fredy juga mengajarkan peserta untuk membuat peta administrasi wilayah kabupaten mereka masing-masing berdasarkan data-data potensi desa Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Setelah peserta sudah mendapatkan semua materi yang disampaikan dan sudah berhasil membuat peta bencana dan keterpaparan acara selanjutnya adalah penutupan yang ditutup oleh Ibu Martina. D Jera selaku Kepala Pelaksana BPBD Kab. Sumba Timur. Beliau mengharapkan adanya pelatihan lanjutan di kemudian hari terkait dengan teknis pembuatan peta lebih lanjut menggunakan OpenStreetMap dan QGIS kepada seluruh BPBD Kabupaten di Nusa Tenggara Timur.