Lokakarya I Kegiatan Kajian Risiko Bencana di Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Selatan memiliki luas wilayah sekitar 46.717,48 km2 dengan jumlah penduduk tahun 2012 sekitar 8,2 juta jiwa, dengan kepadatan penduduk 175,84 jiwa/km2 yang tersebar di 24 Kabupaten/Kota (www.sulselprov.go.id). Berdasarkan data dari BNPB 2012, beberapa kabupaten/kota di Sulawesi Selatan memiliki potensi ancaman bencana.
Kajian risiko bencana Sulawesi Selatan telah disusun oleh BNPB pada tahun 2011, namun berdasarkan tanggapan dan masukan dari berbagai pihak di Sulawesi Selatan, dokumen kajian risiko bencana tersebut perlu ditinjau dan dikembangkan sesuai dengan kondisi kebencanaan di Sulawesi Selatan saat ini. Oleh karena itu, dilaksanakan kegiatan kajian risiko bencana pada tahun ini untuk melengkapi dokumen kajian risiko bencana, sehingga memiliki data yang lengkap dan terbaru.
Kajian risiko bencana di Sulawesi Selatan memiliki enam prioritas bencana, terdiri dari Banjir, Gempa Bumi, Kekeringan, Puting Beliung, Kebakaran, dan Tanah Longsor. Wilayah yang akan dikaji dalam pemetaan kajian risiko Sulawesi Selatan terdiri dari DAS Jeneberang, sekitar Danau Tempe, dan Luwu Raya. Pelaksanaan survei lapangan hanya dilakukan di DAS Jeneberang karena keterbatasan waktu.
Kegiatan kajian risiko bencana terdiri dari beberapa tahapan, seperti bagan dibawah ini, kita akan membahas mengenai Lokakarya I.
Kegiatan lokakarya I dilaksanakan pada tanggal 20-22 April 2015, dengan jumlah peserta 40 orang, terdiri dari perwakilan dari setiap instansi di Provinsi Sulawesi Selatan, dosen, dan mahasiswa. Materi pelatihan yang diberikan terdiri dari : (1) Konsep dan metodologi kajian risiko bencana, (2) Perumusan data dan parameter, (3) Pembuatan skoring peta kerentanan dan kapasitas dari data PODES menggunakan Excel, dan (4) Join tabel rekapitulasi data potensi kecamatan dengan batas administrasi menggunakan QGIS.
Pada hari pertama, para peserta mempelajari konsep dari pembuatan dokumen kajian resiko bencana dengan contoh kasus dari daerah mereka sendiri Sulawesi Selatan. Setelah itu para peserta mendapatkan penjelasan singkat tentang paradigma dari penanggulanan bencana dan konsep dokumen kajian resiko oleh BPBD Sulawesi Selatan. Sesi setelah makan siang adalah FGD(Focus Group Discussion), dimana para peserta dibagi menjadi empat kelompok dan berdiskusi antar kelompok tentang topik yang diberikan secara spesifik di tiap anggota dan dipresentasikan diakhir sesi. Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta terkait dengan kapasitas, kerentanan, ancaman dan resiko di area mereka kaitannya dengan penanggulangan dan menghadapi bencana di daerah mereka. Setelah mereka mendapatkan gambaran umum tentang bencana di daerah mereka, kapasitas, kerentanan dan resiko di area mereka, mereka diminta untuk memikirkan tahapan dari kajiran resiko dan data apa saja yang dibutuhkan untuk membuat dokumen kajian resiko.
Kemudian para peserta memulai untuk mempersiapkan data statistik dari BPS dalam bentuk tabel. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok kecil, setiap kelompok harus menyaring data BPS sesuai dengan tugas mereka, membuat menjadi satu tabel berisi data kapasitas dan kerentanan. Semua data harus sesuai dengan indikator yang telah didiskusikan sebelumnya. Diakhir kegiatan, mereka telah selesai membuat data kapasitas.
Pada hari kedua, dilanjutkan dengan pembuatan data kapasitas dan instalasi QGIS untuk menggabungkan data kapasitas dan kerentanan dengan data administrasi kabupaten di Sulawesi Selatan, sehingga menghasilkan peta kerentanan dan peta kapasitas.
Pada hari terakhir, dilakukan proses pembuatan peta risiko dengan menggabungkan peta setiap ancaman dengan peta kerentanan dan peta kapasitas. Pada kegiatan ini dilakukan pembuatan peta risiko untuk ancaman gempa bumi dan tanah longsor. Proses selanjutnya dilakukan perhitungan bangunan terdampak terhadap peta risiko tersebut dengan menggunakan QGIS dan InaSAFE. Hasil dari InaSAFE tersebut kurang memuaskan karena bangunan di Sulawesi Selatan belum sepenuhnya terpetakan. Oleh karena itu, untuk rencana tindak lanjut akan diadakan pemetaan keterpaparan menggunakan OpenStreetMap. Hasil dari kegiatan lokakarya I berupa peta kapasitas dan peta kerentanan yang akan digunakan untuk tahapan di Lokakarya II.
Tahapan kedua, kegiatan kajian risiko di sulawesi selatan akan dibahas dalam Pelatihan dan Pemetaan Keterpaparan di Sulawesi Selatan