InaSAFE Workshop Sesi 1

InaSAFE Workshop Sesi 1

 

Seteleh melaksanakan acara peluncuran InaSAFE versi 2.0 di  Indonesia Disaster Relief Training Ground (INA DRTG), Sentul pada bulan April 2014 kemarin Australia Indonesia for Disaster Reduction (AIFDR) selaku pemrakarsa dari InaSAFE kembali melaksanakan acara terkait pengembangan serta penggunaan InaSAFE. Acara tersebut dilaksanakan pada hari Senin, 22 September 2014 kemarin di Hotel Sari Pan Pasifik, Jakarta. Acara ini merupakan pembukaan sekaligus awal rangkaian Workshop InaSAFE yang dilaksanakan mulai dari tanggal 22-30 September 2014.

Acara pembukaan sekaligus sesi 1 dari Workshop InaSAFE ini mengundang berbagai pihak yang pernah terlibat dalam pengembangan maupun penggunaan InaSAFE diantaranya adalah World Bank, BNPB, BPBD, Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT), ESSC, Kartoza serta para alumni pelatihan dari kegiatan Scenario Development for Contingency Planning (SD4CP) pada tahun 2012 hingga 2013 kemarin. Tujuan dari kegiatan pada sesi ini adalah untuk mendapatkan masukan serta pengalaman berbagai pihak terkait penggunaan InaSAFE selama ini. Acara pertama adalah kata sambutan sekaligus presentasi dari beberapa pihak terkait penggunaan InaSAFE selama ini.

  • Sambutan pertama adalah penjelasan perkembangan InaSAFE dari awal hingga dibuat serta versi saat ini oleh Tim Sutton dari Kartoza. Beliau menjelaskan awal pembuatan InaSAFE ini adalah untuk membantu manajer kebencanaan untuk membuat keputusan terkait situasi bencana yang mungkin akan terjadi di wilayah mereka serta menampilkan beberapa statistik penggunaan InaSAFE serta beberapa harapan terkait perkembangan InaSAFE kedepannya.
  • Sambutan kedua oleh Assefa Yewondwossen dari World Bank. Beliau menjelaskan tentang Open Data for Resilience Initiative (Open DRI) serta bagaimana sistem pengmpulan datanya menggunakan pemetaan partisipatif dimana komunitas sebagai pelaku utama dalam mengumpulkan data keterpaparan yang dibutuhkan menggunakan OpenStreetMap dan setelah data bencana maupun keterpaparan telah berhasil dikumpulkan data tersebut dikumpulkan dimasukkan ke dalam katalog online kemudian data-data tersebut divisualisasikan hingga menjadi informasi kebencanaan menggunakan QGIS dan InaSAFE. Beliau juga menambahkan bahwa World Bank telah menggunakan InaSAFE sejak pertama kali diluncurkan kurang lebih 4 tahun yang lalu dan juga telah menjalin kerja sama dengan banyak pihak untuk penggunaan InaSAFE ini seperti BPBD DKI Jakarta di Indonesia, Project NOAH di Filipina maupun pemetaan OpenStreetMap dalam upaya penanganan banjir di Malawi. InaSAFE memiliki beberapa kelebihan seperti memiliki lisensi tidak berbayar serta tidak ada barrier. Beliau juga memberikan beberapa masukan untuk perkembangan InaSAFE kedepannya seperti menambah sumber daya alam kemudian mengembangkan pelatihan untuk pengembang maupun pengguna serta memperkuat hubungan kerjasama dengan lembaga internasional dan komunitas-komunitas lokal yang ada di daerah.
  • Kata sambutan yang ketiga disampaikan oleh Jason Brown dari pihak AIFDR. Kata sambutan oleh beliau lebih menjelaskan pada tahap dukungan pihak AIFDR untuk membantu mengembangkan InaSAFE dalam membantu penanganan manajemen bencana di Indonesia. Prioritas AIFDR saat ini adalah pada pengurangan dampak akibat kebencanaan serta perlindungan sosial terhadap seluruh masyarakat oleh karena itu AIFDR didirikan pada tahun 2009 sebagai mitra Australia dan Indonesia dalam masalah kebencanaan dan salah satu upaya penting dari kerjasama tersebut yaitu dibuatnya InaSAFE dan sekarang InaSAFE bahkan sudah dapat diaplikasikan di beberapa negara selain Indonesia. Beliau menambahkan bahwa tujuan workshop kali ini adalah untuk mencari solusi dan perkembangan InaSAFE agar nantinya bias digunakan dengan lebih baik ke depannya di Indonesia maupun di Negara lain. Terkait dengan hal tersebut perbaikan InaSAFE ini akan dimulai dari fase baru yang direncanakan hingga 5 tahun ke depan dan terkahir beliau berharap bahwa semoga kerjasama antara Indonesia dan Australia ini dapat menjadi contoh untuk perbaikan penanganan bencana di Indonesia ini.
  • Selanjutnya adalah presentasi oleh Yantisa Akhadi dari HOT terkait pelatihan InaSAFE serta implementasinya di Indonesia. Beliau menjelaskan bahwa dalam pelatihan itu terdiri dari beberapa bagian, yang pertama yaitu sosialisasi atau perkenalan tentang InaSAFE serta pelatihan  InaSAFE itu sendiri baik itu kepada staff BPBD maupun partner terkait serta kemudian HOT juga melakukan analisis terhadap institusi seperti melaksanakan working group dengan para partner yang terlibat serta membantu menyusun kurikulum pelatihan InaSAFE serta melakukan sertifikasi terhadap para peserta pelatihan serta yang terkahir dalam bagian pelatihan yaitu melakukan dukungan bantuan pengenalan InaSAFE terhadap komunitas seperti melakukan pelatihan InaSAFE hingga universitas serta mempromosikan hingga ke media social seperti facebook dan twitter. Selain melakukan pelatihan HOT juga melakukan bantuan implementasi langsung hasil InaSAFE di beberapa daerah seperti membantu BPBD Jawa Timur untuk membuat rencana kontinjensi banjir Sungai Bengawan Solo dan juga rencana kontinjensi banjir di Kota Makassar.
Presentasi oleh Para Pihak Terkait Tentang Penggunaan InaSAFE
Presentasi oleh Para Pihak Terkait Tentang Penggunaan InaSAFE
  • Dari pihak BNPB kemudian ada dari Pak Sutopo selaku kepala Pusat Data dan Informasi BNPB terkait penggunaan InaSAFE terhadap pekerjaan BNPB dan BPBD. Beliau menjelaskan bahwa selama ini BNPB mendukung kemampuan yang dihasilkan oleh InaSAFE untuk membantu manajemen bencana di Indonesia dan beberapa pelatihan sudah diberikan tetapi masih perlu diintergrasikan peta-peta yang selama ini sudah dihasilkan oleh InaSAFE dan OpenStreetMap untuk dimasukkan ke dalam data BNPB sehingga pelaksanaan kegiatan ataupun program-program yang terkait penggunaan InaSAFE maupun OpenStreetMap dapat lebih mudah untuk dipublikasikan dan diaplikasikan oleh BNPB kepada BPBD. Beliau berharapa semoga dalam kegiatan ini dapat menjadi media untuk menjembatani hal tersebut.
  • Presentasi berikutnya adalah dari Jean Alanis dari Project NOAH serta Maning Sambale dari ESSC yang keduanya berasal dari Filipina. Project NOAH sendiri merupakan project website yang dimana kita dapat menghitung dampak dari suatu bencana yang terjadi di Filipina. Dalam project NOAH terdapat fitur yang bernama WebSAFE dimana kita bias menghitung dampak seperti di InaSAFE. WebSAFE ini merupakan pengembangan InaSAFE yang digunakan di Filipina dimana dapat melihat kejadian 3 jenis bencana yaitu banjir, tanah longsor dan badai. Ke depannya  project NOAH berencana untuk memasukkan citra satelit DSM dengan resolusi hingga 1 meter. Untuk ESSC sendiri menurut Maning Sambale memiliki visi untuk mengembangkan ketahanan masyarakat Filipina terhadap bencana. Salah satu kegiatannya adalah menggunakan InaSAFE dalam melakukan kegiatannya dan sudah menggunakan InaSAFE sejak tahun 2012. Beliau berharap ada beberapa fitur yang mungkin dapat dimasukkan di dalam versi InaSAFE yg terbaru seperti adanya fungsi untuk penggunaan lahan, fungsi dampak untuk tanah longsor dan ataupun rute teraman untuk evakuasi.
  • Presentasi yang terakhir dibawakan oleh Charlotte Morgan selaku Spatial Data Analyst di AIFDR. Pada kesempatan kali ini beliau meberikan beberapa masukan terkait hasil InaSAFE selama ini bahwa masih terdapat beberapa kesalahan hasil dari InaSAFE terkait perhitungan penduduk terdampak dan dalam mengidentifikasi bangunan terdampak. Beliau menambahkan hal tersebut bisa saja terjadi karena terdapat kesalahan dalam sumber data atau perbedaan sistem proyeksi yang dimasukkan selama ini sehingga berpengaruh terhadap output yang dihasilkan. Beliau berharap semoga dalam rangkaian acara InaSAFE workshop seminggu ini kita dapat menghasilkan sesuatu yang benar-benar bias digunakan dalam InaSAFE ke depannya. Terdapat beberapa masukan terkait hal ini seperti kita harus menyediakan data kebencanaan yang lebih baik kemudian mempermudah akses untuk mendapatkannya dan juga memperbaiki dokumentasi serta penyajian hasil untuk InaSAFE itu sendiri.

 

Setelah mendengarkan kata sambutan dan presentasi dari beberapa pihak acara selanjutnya ada sesi tanya jawab terhadap pemaparan para presenter sebagian besar peserta mempertanyakan bagaimana keberlanjutan tentang pelaksanaan InaSAFE selama ini dan bagaimana menguatkan komunitas di masyarakat untuk menggunakan InaSAFE ini serta harapan agar ke depannya InaSAFE dapat digunakan tidak hanya di bidang kebencanaan tapi di bidang yang lain seperti arsitektur maupun kedokteran.

Sesi Kegiatan Panel dan Forum Discussion Group

Sesi terakhir untuk InaSAFE Workshop sesi 1 ini adalah kegiatan Focus Discussion Group (FGD) untuk para peserta yang hadir. Pada sesi ini FGD dibagi ke dalam 5 meja dimana masing-masing meja dipimpin oleh seorang fasilitator. Tujuan FGD ini adalah untuk memaksimalkan masukan serta saran terhadap penggunaan InaSAFE selama ini terutama dari para penggunanya seperti fungsi dampak apa yang diperlukan serta apa saja aspek-aspek yang dibutuhkan untuk ada di InaSAFE kedepannya.

Foto Bersama dengan para Peserta
Foto Bersama dengan para Peserta

Accessible, Quality, Open Geospatial Data for All