HOT Membantu Respon Banjir DKI Jakarta
Di penghujung musim hujan ini, tepatnya pada tanggal 21 April 2016, beberapa wilayah di DKI Jakarta mengalami banjir. Hal ini dipicu oleh curah hujan yang tinggi, yang mengguyur wilayah DKI Jakarta dan sekitar selama 24 jam terakhir pada 20 – 21 April 2016. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) curah hujan tertinggi terpantau di Depok sebesar (202 mm/hari), sedangkan di Jakarta curah hujan tertinggi terpantau di wilayah Pasar Minggu sebesar 166 mm/hari, keduanya termasuk dalam kategori sangat lebat (ekstrim). Kejadian banjir ini dipantau secara intensif oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta selama 24 jam. Pantauan dilakukan oleh Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BPBD DKI Jakarta, bersama Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) Indonesia.
Apa Saja Yang Dilakukan ?
Pusdalops memiliki peran yang sangat penting ketika terjadi krisis (bencana tengah terjadi). Peran penting tersebut yaitu sebagai pusat data dan informasi terkait bencana yang tengah terjadi. Dalam konteks banjir Jakarta, ketika terjadi banjir, Pusdalops BPBD DKI Jakarta harus siap untuk menyediakan informasi dan peta sebaran banjir di wilayah DKI Jakarta setiap 6 jam sekali (data diperbaharui setiap pukul 06.00, 12.00, 18.00, dan 24.00 WIB) melalui situs BPBD DKI Jakarta maupun situs petajakarta.org sehingga masyarakat mengetahui informasi banjir dan menghindari daerah-daerah terdampak. Data tersebut juga menjadi dasar bagi BPBD mengkoordinir instansi pemerintah,dunia usaha, serta lembaga/organisasi lain yang terkait dalam rangka merespon kebutuhan pengungsi dan mencegah bertambah meluasnya dampak banjir.
HOT Indonesia dan BPBD DKI Jakarta
Dalam respon banjir DKI Jakarta tahun ini, HOT berkesempatan untuk berkontribusi secara aktif, diantaranya pemanfaatan aplikasi Geo Data Collect (GDC) untuk pengumpulan data genangan dan pengungsian. GDC adalah aplikasi pengumpulan data lapangan berbasis Android yang dikembangkan oleh HOT Indonesia. Aplikasi yang dapat diunduh gratis ini, dapat digunakan untuk survey apapun, tidak hanya untuk bidang kebencanaan. Selain data teks, GDC juga dapat menampung foto dan video, sehingga hasil survei lapangan dapat lebih menggambarkan kondisi sesungguhnya di lapangan.
Pada tahun ini, didorong oleh World Vision Indonesia (WVI), BPBD DKI Jakarta memanfatkan GDC untuk pengumpulan data genangan dan pengungsian. Selain fitur yang cukup lengkap, mudahnya pemakaian, dan gratis; mudahnya replikasi pemanfaatan GDC untuk pengumpulan data bencana yang lain (kebakaran, puting beliung, tawuran, dll) merupakan alasan digunakannya GDC dalam respon banjir kali ini oleh BPBD DKI Jakarta.Nah, mungkin pertanyaan berikutnya adalah “siapa orang-orang yang akan mengumpulkan data tersebut?”. Orang-orang yang akan mengumpulkan data genangan dan pengungsian yaitu perwakilan (baik staf maupun relawan)kelurahan maupun kecamatan terdampak banjir. Dengan mengumpulkan data menggunakan GDC, laporan akan diterima BPBD lebih cepat, dengan informasi lokasi yang lebih akurat, sehingga diharapkan respon pun dapat diberikan dengan lebih cepat dan tepat. Sebagai catatan, laporan genangan dan pengungsian diolah dan dikonfirmasi terlebih dahulu oleh pihak Pusdalops sebelum data tersebut disebarluaskan kepada masyarakat dalam bentuk peta sebaran banjir.
Laporan yang terkumpul pada 21 April 2016 sebagian besar berlokasi di Jakarta Timur (Kelurahan Makasar, Kelurahan Kebon Pala, dan Kelurahan Dukuh) dan Jakarta Selatan (Kelurahan Kelurahan Petogogan) dengan interval ketinggian banjir 10 – 70 cm.