Memetakan Batas Wilayah dan Rute Evakuasi untuk Program InAWARE – BNPB dan Pacific Disaster Centre
Program pemetaan InAWARE di Jakarta, Indonesia, telah memasuki bulan kelima, mencapai hampir 80% pelengkapan. Program ini bertujuan memetakan secara komprehensif dan mengumpulkan atribut infrastuktur vital untuk perencanaan dan respon kebencanaan, untuk diintegrasikan ke dalam InAWARE.
InAWARE merupakan suatu alat pengelolaan bencana, untuk menunjang kualitas kajian risiko menyeluruh, peringatan dini, dan proses pengambilan kebijakan di Indonesia dengan dukungan dari USAID, Office of U.S. Foreign Disaster Assistance (OFDA), sebagai salah satu program yang didanai melalui Universitas Hawaii: Pacific Disaster Centre (PDC) dan Massachusetts Institute of Technology (MIT): PetaBencana untuk mendukung pemerintah Indonesia: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta dan Jawa Timur.
[Gambar 1. Sungai yang dipenuhi sampah di Jakarta akan menjadi sumber banjir. Foto oleh Ramadyan/HOT Indonesia.]
Memetakan relasi untuk batas RT (Rukun Tetangga), unit administratif terkecil, dan rute evakuasi adalah dua fitur unik pada OpenStreetMap (OSM), yang dapat digunakan mendukung BPBD dalam mendesign rencana manajemen kebencanaan. Jakarta merupakan kota dimana 40% wilayahnya berada di dataran rendah di bawah permukaan laut dan terus kehilangan kurang lebih tiga inci lahan setiap tahunnya. Terdapat 13 sungai yang mengalir di wilayah kota, empat di antaranya sering menjadi sumber terjadinya wabah banjir. Memetakan titik-titik rawan ini–serta mengidentifikasi wilayah dimana penduduk rentan tinggal dan kapasitas infrastruktur sekitarnya yang dapat mendukung ketahanan terhadap ancaman bencana–penting untuk membuat perencanaan aktivitas mitigasi dan respon.
[Gambar 2. Rute evakuasi, ditandai garis warna merah, mengarah pada infrastruktur umum, seperti kantor kecamatan dan aula publik, yang dapat berfungsi sebagai lokasi pengungsian dan pusat layanan bantuan pada saat bencana. Peta oleh Dewi Sulistyoningrum/HOT Indonesia.]
Untuk memetakan tempat pengungsian di OSM semudah menambahkan tag atribut yang tepat pada bangunan, sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh kantor kecamatan setempat. Kantor kecamatan umumnya membukukan daftar informasi infrastruktur pengungsian dan menambahkan papan tanda di tempat tersebut agar diketahui oleh publik. Di Jakarta, tempat ini umumnya meliputi kantor kecamatan itu sendiri, rumah ibadah, sekolah, dan klinik atau rumah sakit. Pemeta dapat menggunakan key tag “evacuation_centre=yes” untuk menandai lokasi pengungsian. Tag terkait evakuasi lainnya dapat dilihat di sini.
[Gambar 3. (Kiri) menambahkan atribut untuk pusat evakuasi pada obyek yang terpetakan. (Kanan) Papan publik berwarna jingga di depan suatu sekolah untuk menandakan lokasi yang dapat digunakan sebagai tempat pengungsian. Cuplikan layar oleh Dewi Sulistyoningrum, foto oleh Ramadyan/HOT Indonesia.]
Melalui diskusi bersama wakil pemerintah DKI Jakarta, diketahui bahwa terdapat lima kelurahan yang dipilih sebagai lokasi pilot oleh BPBD DKI Jakarta untuk pemetaan dan validasi batas wilayah RT. Wilayah ini dipilih karena kerentanan yang tinggi terhadap banjir saat musim penghujan. Dua dari kelurahan ini dilalui oleh Kali Ciliwung, aliran sungai yang dikenal sering membanjiri wilayah sekitarnya saat terjadi hujan lebat berkepanjangan. Kelima kelurahan ini, meliputi:
- Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar
- Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet
- Kelurahan Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng
- Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak
- Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara
Upaya memetakan batas administrasi kota sampai pada level RT akan menambah granularitas input data untuk InAWARE, membuat perencaan kontinjensi menjadi lebih fokus dan teliti. Batas RW Jakarta sebelumnya telah dipetakan di tahun 2014, dan kembali dimutakhirkan tahun ini dengan konsultasi intensif antara perwakilan kantor kelurahan dan spesialis data entry HOT. Adapun cara memetakan batas administrasi dapat dilihat di sini.
[Gambar 4. Data Entry HOT melakukan konsultasi intensif bersama perwakilan kantor-kantor kelurahan untuk memutakhirkan batas administrasi sampai pada tingkat RT dan menentukan rute dan lokasi pengungsian. Foto oleh HOT Indonesia.]
Sebagai salah satu kota berpenduduk paling padat di dunia–mencapai rerata 14,000 orang per kilometer persegi–memiliki peta infrastruktur yang komprehensif dan diperbaharui secara berkala di Jakarta sangat penting untuk keselamatan dan keamanan penduduknya. Upaya yang dikerjakan HOT saat ini untuk melengkapkan dan mengumpulkan data atribut infrastruktur vital di Jakarta diharapkan dapat meperbaiki manajemen risiko dan membuka peluang lahirnya inovasi lainnya yang membutuhkan kelengkapan data-data spasial.