Diskusi Pagi: Akuisisi Peta dalam Penanggulangan Bencana

Diskusi Pagi: Akuisisi Peta dalam Penanggulangan Bencana

Data spasial yang bebas, terbuka dan senantiasa diperbaharui merupakan sumber daya yang penting dalam berbagai tahapan penanggulangan bencana, dimana peta menjadi metode penting untuk memvisualisasikan informasi dasar serta untuk memantau perubahan setelah terjadi bencana. Walaupun dari pemerintah kita bisa mendapatkan data spasial, tetapi terkadang data tersebut tidak tersedia di wilayah pedesaan yang biasanya rentan terhadap kejadian bencana. Oleh karena itu, Humanitarian OpenStreetMap Team Indonesia bersama dengan UN OCHA (United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs) menyelenggarakan kegiatan diskusi dengan tema “Map Acquisition in Disaster Management“.

Kegiatan ini dilaksanakan di Hong Kong Cafe, Jakarta dengan mengundang beberapa peserta yang berasal dari instansi pemerintah yang khusus menangani bencana, NGO, dan universitas. Diskusi dibuka oleh Faizal Thamrin dari UN OCHA. Acara kemudian dilanjutkan oleh 3 pembicara yaitu Tyler Radford,  Yantisa Akhadi, dan Adityo Dwijananto. Kegiatan diskusi terdiri dari tiga topik yaitu peran Humanitarian OpenStreetMap Team dalam manajemen bencana yang terdiri dari kegiatan HOT untuk kemanusiaan di dunia Internasional, OpenStreetMap di Indonesia, dan demo penggunaan OpenStreetMap. Sesi diskusi dimulai dengan topik peran HOT untuk kemanusiaan dalam manajemen bencana di dunia yang salah satunya meliputi kegiatan Missing Maps dan HOT Activation. Humanitarian OpenStreetMap Team membantu organisasi internasional dan pemerintah untuk tanggap darurat pertama dengan kebutuhan pemetaan saat terjadi bencana.

KOLASE
Dari kiri ke kanan: Faizal Thamrin (UNOCHA), Tyler Radford (HOT), Yantisa Akhadi (HOT ID), dan Adityo Dwijananto (HOT ID)

Missing Maps adalah suatu kegiatan dimana para pembuat peta/mapper memetakan suatu daerah di negara berkembang yang dianggap paling rentan terhadap bencana, dengan harapan organisasi non pemerintah baik lokal maupun internasional bisa menggunakan data dan peta yang ada untuk respons bencana yang lebih baik. Kegiatan Missing Maps bisa dilakukan oleh semua relawan di seluruh dunia dan komunitas lokal yang memetakan lokasi yang jauh dari tempat mereka. Missing Maps diadakan dengan melaksanakan kegiatan pemetaan/Mapping party/Mapathon yang mengundang beberapa relawan.

Tahapan Missing Maps

Sedangkan HOT Activation adalah sebuah konsep yang dibentuk Humanitarian OpenStreetMap Team untuk pemetaan bencana yang juga dikenal sebagai sebuah aktivasi terkait dengan koordinasi komunitas OpenStreetMap untuk memetakan area-area yang terdampak bencana sebagai respons atas bencana yang terjadi di area tersebut. Dalam satu kegiatan HOT Activation, terdapat beberapa tahapan-tahapan yang diperlukan. Tahapan-tahapan tersebut menentukan seberapa sukses dan efisien respon yang dilakukan oleh HOT.

Selain tiga fase diatas, salah satu aspek yang membuat aktivasi efektif adalah Aktivitas kesiapsiagaan HOT (HOT Readiness/ Fase 0). Pada tahapan ini, para relawan membantu dalam tanggap bencana. Persiapan ini dilakukan melalui sebuah pelatihan gratis dan bisa diakses oleh siapa pun yang diberi nama HOT Activation Training Center.

Sesi kedua yang dibahas dalam diskusi yaitu peranan HOT di Indonesia dan Data OSM di Indonesia dari 2011 – 2014. Dalam respon tanggap darurat, HOT ID membuat tasking manager untuk memetakan wilayah yang rawan bencana atau sedang terjadi bencana untuk dipetakan secara bersama-sama. Sesi terakhir membahas topik  mengenai praktik penggunaan OSM yang meliputi, pengoperasian OSM, membuat fieldpapers, Hot Export, serta memperkenalkan aplikasi android untuk pemetaan yang dibuat oleh HOT ID yaitu Geo Data Collect.

Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa instansi, yaitu MSF/Doctor Without Border, Disaster Management Innovation, Universitas Indonesia, World Food Programme, BPBD DKI Jakarta, Bina Swadaya Konsultant, dan Forum Pengurangan Resiko Bencana.

Accessible, Quality, Open Geospatial Data for All